Pages

Thursday, May 24, 2012

Alchemist

"Saat kau menginginkan sesuatu, segenap alam semesta bersatu untuk membantumu meraihnya,"

"Justru pikiran tentang Mekkah-lah yang membuatku terus hidup. Itulah yang membuatku kuat menghadapi hari-hari yang sama belaka ini; yang membuatku tahan menghadapi kristal-kristal bisu di rak, dan sanggup makan siang dan makan malarn di warung jelek yang itu-itu juga. Aku takut bila impianku terwujud, aku tak punya alasan lagi untuk melanjutkan hidup."
"Tapi bencana itu mengajariku untuk memahami firman Allah: orang tidak perlu takut pada hal yang tak dikenal bila mereka sanggup meraih apa yang mereka butuhkan dan inginkan.Kita takut kehilangan apa yang kita miliki, entah itu hidup kita ataupun barangbarang dan tanah kita. Tapi ketakutan ini lenyap saat kita memahami bahwa kisah hidup kita dan sejarah dunia ini ditulis oleh tangan yang sama."
"Tapi mungkin orang-orang yang merasakannya tidak pernah memahami bahasa universal ini. Karena, jika kita memahami bahasa itu, mudahlah untuk mengerti bahwa seseorang di dunia menanti kita, entah di tengah gurun atau di kota besar. Dan saat dua orang itu berjumpa, dan mata mereka bertemu, masa lalu dan masa depan menjadi tak penting. Yang ada hanyalah momen itu, dan kepastian yang ajaib bahwa segala yang ada di langit dan di bumi telah dituliskan oleh tangan yang esa. Itulah tangan yang menimbulkan cinta, dan menciptakan suata jiwa kembar bagi setiap orang di dunia. Tanpa cinta seperti itu, impian impian seseorang akan tak bermakna.
Maktub, pikir si bocah."
"Rahasianya terletak di masa kini. Kalau kamu memperhatikan masa kini, kamu dapat memperbaikinya. Dan, bila kamu memperbaiki masa kini, apa yang datang kemudian juga akan menjadi lebih baik Lupakanlah masa depan, dan jalanilah setiap hari menurut ajaran, percayalah bahwa Tuhan mencintai hamba-hambaNya. Tiap-tiap hari, pada dirinya, membawakan suatu keabadian."
"Yang buruk bukanlah sesuatu yang masuk ke dalam mulut manusia," kata sang alkemis. "Yang buruk adalah yang keluar dari mulut mereka."

"Dia tahu bahwa lelaki harus pergi agar kembali. Dan dia sudah mendapatkan hartanya: kamu. Kini dia berharap kamu akan menemukan apa yang sedang kau cari."

"Kamu menangis?"
"Aku ini perempuan gurun," katanya, memalingkan wajah. "Tapi bagaimanapun, aku ini perempuan."

"Mengapakah kita harus mendengarkan hati kita?" tanya si bocah, saat mereka membuat tenda hari itu.
"Karena di manapun hatimu berada, di situlah akan kau temukan hartamu."
"Tapi hatiku gelisah," kata si bocah. "Hatiku memiliki impian-impiannya, ia
menjadi emosional, dan ia menjadi bergairah terhadap seorang perempuan di
gurun. Ia menanyakan banyak hal tentang diriku, dan ia membuatku terjaga dari
tidur-tidurku di malam hari, saat aku memikirkan dia."
"Baguslah kalau begitu. Hatimu masih hidup. Terus saja dengarkan apa yang ia
harus katakan."

"Katakan pada hatimu bahwa takut menderita itu lebih buruk daripada menderita itu sendiri. Dan bahwa tidak ada hati yang pernah menderita saat ia mengejar mimpi-mimpinya, karena setiap detik dari pencarian itu adalah detik perjumpaan dengan Tuhan dan dengan keabadian."

"Setiap pencarian dimulai dengan kemujuran pemula. Dan setiap pencarian berakhir dengan kemenangan yang telah melewati ujian yang berat."
Si bocah teringat pepatah kuno dari negerinya. Pepatah itu menyatakan bahwa
masa tergelap di malam hari adalah saat menjelang fajar.

"Bila seseorang menjalani Legenda Pribadinya, dia tahu semua yang perlu dia
ketahui. Hanya ada satu hal yang membuat mimpi tak mungkin diraih: perasaan
takut gagal."

"Karena bukanlah cinta namanya bila statis seperti gurun, bukan pula cinta
namanya bila menjelajah bumi seperti angin. Dan bukan cinta namanya bila
melihat semuanya dari kejauhan, seperti yang kau lakukan. Cinta adalah daya yang mengubah dan meningkatkan Jiwa Buana. Saat pertama kali aku menjangkaunya,kupikir Jiwa Buana itu sempurna. Tapi kemudian, dapat kulihat bahwa Jiwa Buana sama seperti aspek-aspek ciptaan lainnya, dan memiliki hasrat-hasrat dan perang-perangnya sendiri. Kitalah yang merawat Jiwa Buana itu, dan apakah bumi yang kita tinggali ini akan menjadi lebih baik atau lebih buruk, tergantung pada apakah kita menjadi lebih baik atau lebih buruk Dan di situlah daya cinta masuk. Karena ketika kita mencinta, kita selalu berjuang untuk menjadi lebih baik daripada diri kita sekarang."